Friday, October 10, 2014

HEBATNYA KEDUA ORANG TUA KU

Aku menuliskan kisahku ini karena mendapat inspirasi dari buku yang berjudul "Siluet Rindu Untuk Ibu" karya Indari Mastuti, dkk. Di dalamnya banyak kisah pendek yang menurutku sangat inspiratif. Setiap membaca kisah-kisah di dalam buku tersebut, aku selalu teringat kedua Orang Tua ku dan berniat menuangkan perjuangan beliau hingga aku dapat tumbuh dan berkembang hingga sekarang ini. Langsung saja, secara garis besar beginilah ceritanya.

DIMULAI DARI KELAHIRANKU
Pada saat kelahiranku, kedua Orang Tua ku sangat bahagia karena aku merupakan anak pertama mereka. Meskipun keadaan (ekonomi) kami pada saat itu tidak bisa dibilang berkecukupan, tapi mereka tetap bahagia atas kehadiranku dan selalu berusaha mencukupi segala kebutuhan keluarga kecil kami. Aku lahir di Semarang tahun 1992, tetapi sejak usia beberapa bulan (tepatnya aku kurang tahu) aku tinggal di Blora (kota kecil di dekat perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur) bersama kedua Orang Tua ku, lebih tepatnya menumpang di tempat Kakek Nenek (orang tua Bapak). Aku tinggal disana kurang lebih hingga usia 3 tahun. Selama kami tinggal disana, kedua Orang Tua ku benar-benar sedang menjalani kehidupan yang berat, dimana Bapak harus kesana-kemari bekerja apa saja yang bisa dikerjakan (bisa dibilang serabutan) bahkan sampai harus menjadi kuli bangunan, hingga Ibu ku yang harus ikut berjualan bensin eceran di depan rumah, demi mencukupi semua kebutuhan kami. Pada saat itu memang sih Ibu ku hanya lulusan SMA, tetapi Bapak adalah seorang sarjana muda, tepatnya dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Tetapi ya begitulah keadaan kami pada saat itu, ditambah aku yang sakit-sakitan sehingga harus sering periksa ke dokter yang tentu biayanya sangat memberatkan Bapak Ibu yang ketika itu sedang berusaha untuk mendongkrak ekonomi kami. Walaupun begitu aku sangat bangga atas keikhlasan dan ketulusan beliau untuk terus bekerja demi keluarga kecil kami.


PERTUMBUHAN DIRIKU
Hari demi hari aku tumbuh menjadi anak yang nakal, yang susah untuk mengerti keadaan keluarga. Setiap kali aku punya permintaan dan keinginan, harus selalu segera dikabulkan. Padahal ketika itu aku adalah seorang anak kecil yang mudah bosan dengan sesuatu hal dan tidak bisa merawat benda-benda yang dibelikan untukku (terutama mainan atau apapun itu). Dulu Bapak Ibu cukup keras dalam mendidik ku, yang hampir setiap hari selalu membuat masalah tanpa mau mengerti keadaan keluarga kami. Sampai kurang lebih tahun 1995 kami kembali ke Semarang, yaitu rumah Nenek ku (orang tua Ibu). Setiap hari pun sama saja aku terus menjadi anak yang susah untuk diatur. (Masya Allah)
Setahun kemudian, bapak mulai mengajar olahraga sebagai tenaga honorer di sebuah Madrasah Aliyah Negeri di Semarang. Meskipun sudah memiliki pendapatan yang lebih dari sebelumnya, tapi itu belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan kami. Ditambah aku yang sudah mulai memasuki sekolah TK. Kemudian pada tahun 1997 lahirlah adik kecil perempuanku, sehingga kebutuhan keluarga kami semakin banyak.
Pada saat memasuki TK, aku merupakan anak yang pendiam bila bertemu dengan orang baru (bisa dibilang pemalu dan penakut) tetapi nilaiku selalu yang terbaik (kata guru TK ku). Hal itu (yang katanya aku adalah anak cerdas) terbawa sampai aku Sekolah Dasar, meskipun aku juga terus tumbuh menjadi anak yang nakal dan susah diatur. Setiap hari selalu membuat masalah, entah itu di luar rumah, ataupun di dalam rumah (termasuk sering membuat adik ku menangis) yang membuat Bapak Ibu sering geram padaku. Jadi bisa dibilang aku ini anak yang pintar dalam pelajaran, tapi susah dalam bersosial. Ibuku selalu menangis setiap selesai memberikan pelajaran keras kepadaku, tetapi saat itu aku hampir tidak peduli dengan tangisan Ibu. Padahal sebenarnya Ibu tidak pernah memiliki keinginan untuk memberikan pelajaran keras itu padaku. Begitulah kenakalan ku ketika kecil :-(

PERUBAHAN SIFATKU
Sampai awal aku masuk Sekolah Menengah Pertama, bisa dibilang belum ada perubahan pada sifat-sifatku. Bahkan aku sangat jarang berkomunikasi dengan Bapak Ibu ketika ada sesuatu hal terjadi padaku. Sehingga sering aku lampiaskan dengan membuat adik ku menangis (dimana pikiranku waktu itu ya? padahal sudah SMP). Aku masih susah peduli dengan orang lain, hanya mementingkan diri sendiri. Hingga suatu ketika aku benar-benar merasa jengkel pada Ibu ku (karena Bapak bekerja dan pulang sore, sehingga aku lebih sering dirumah bersama Ibu dan adik ku). Aku merasa kedua Orang Tua ku selalu membela adik ku, merasa didiskriminasi seperti itu, aku sampai keceplosan mengucapkan kata-kata kasar pada Ibuku (sekali lagi maafkan anakmu ini ketika itu bu T_T) sampai Ibuku menangis dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "Dulu Bapak atau Ibu sering memberikan pelajaran keras padamu karena hari itu keadaan ekonomi Bapak dan Ibu sedang susah, ditambah kenakalanmu yang seperti itu, jadi Bapak Ibu sering merasa kesal dan jengkel padamu yang susah dikasih tahu. Tetapi jujur Bapak Ibu tidak pernah ingin melakukan hal itu. Jika dibandingkan sekarang, Bapak Ibu tidak pernah keras pada adik mu karena Bapak Ibu lebih bisa mengontrol emosi, belajar dari pengalaman sebelumnya. Dan jika kamu berpikir adik mu yang selalu kami bela, itu karena kami yakin kamu bisa berubah menjadi kakak yang baik untuk adik mu, karena kamulah yang lebih dewasa". Kurang lebih seperti itu kata-kata Ibu yang membuatku berubah seperti sekarang ini.
Aku pun menangis dan meminta maaf pada Ibu ku. Mulai hari itu aku sadar selama ini aku berbuat banyak kesalahan pada kedua Orang Tua ku dan aku mulai berjanji pada diriku sendiri akan menjadi anak yang lebih baik dan lebih bisa mengerti orang lain (Amin ya Allah). Alhamdulillah meskipun sedikit, setiap hari aku merasa lebih tenang dan lebih nyaman ketika bersama keluargaku. Lebih bisa membuat hati Bapak Ibu tidak jengkel lagi, dan bisa mengayomi adik kecilku sebagaimana mestinya menjadi kakak yang baik. :-)
Bapak dan Ibu pun sudah jarang sekali marah-marah, dan keadaan ekonomi kami semakin baik ketika itu, dikarenakan aku lebih bisa mengontrol keinginanku. Dan hal itulah yang kuajarkan juga pada adik ku, sehingga sekarang ini adik ku menjadi anak perempuan yang tidak neko-neko (tidak suka minta yang macam-macam). Sampai ketika aku kelas 3 SMP, tepatnya akhir tahun 2006, Bapak diangkat menjadi PNS setelah masa baktinya sebagai tenaga honorer kurang lebih selama 10 tahun. Kami (khususnya aku) sangatlah bersyukur atas rezeki dari Allah ini. Alhamdulillah terima kasih Ya Allah atas nikmat dan rezeki yang Engkau berikan pada kami.
Sungguh dengan ketulusan, keikhlasan dan kesabaran kedua Orang Tua ku, keridhoan dari Allah selalu menyertai, sehingga banyak kenikmatan yang kami dapatkan hingga saat itu. Termasuk ketika aku berniat untuk tidak masuk ke Sekolah Menengah Atas yang sama dengan tempat Bapak mengajar, hingga akhirnya aku terpaksa masuk ke sekolah itu (salah satu SMA Negeri di Semarang) tempat Bapak mengajar karena telah didaftarkan kesana oleh Bapak. Tetapi dibalik ke-terpaksaaan-ku itu, ada hikmahnya juga dimana bapak bisa menabung lebih banyak untuk membelikanku sebuah sepeda motor :-D (Alhamdulillah). Aku dan adik ku terus tumbuh menjadi anak yang lebih baik, sampai aku dapat menyelesaikan pendidikan SMA ku dan melanjutkan kuliah di sebuah Universitas di Semarang juga. Semakin hari, aku dan adik semakin rukun dan selalu berusaha mengerti dan memahami satu sama lain, termasuk juga untuk memahami Bapak Ibu dan selalu menjaga hati beliau agar tidak terjadi hal menyakitkan seperti yang pernah aku lakukan pada Ibu :-(

KEHIDUPANKU SAAT INI
Semenjak masuk kuliah, aku bersyukur mendapatkan beasiswa setiap semesternya. Tadinya aku berniat untuk membantu Bapak menambahi uang semesteranku, tetapi bapak selalu menolak. Bapak bilang "Uang itu untukmu saja, masalah biaya kuliah biar Bapak yang tanggung". Aku merasakan betapa sayangnya Bapak kepadaku, begitu pula Ibu yang mempersilahkan aku untuk menggunakan uang itu asalkan untuk hal-hal yang positif. Semenjak saat aku mulai mendapat beasiswa, uangku lebih sering kuhabiskan untuk orang lain, terutama untuk adik perempuanku. Segala kebutuhan tersier nya aku yang penuhi, sehingga hubungan kakak beradik kami semakin dekat (sampai ada tetangga yang iri karena anak-anak mereka tidak bisa seperti kami), dia tidak tahu dulu aku dan adik ku juga sering bertengkar seperti anak-anak mereka, he he he.
Sampai saat aku sudah bekerja merantau seperti ini pun, Bapak Ibu masih terus memperhatikanku, apa kebutuhanku masih akan dipenuhi oleh beliau. Tetapi aku menolaknya dengan halus, karena aku sudah tidak mau merepotkan beliau lagi. Lebih baik uang itu untuk kebutuhan keluarga dan adik ku saja. Meskipun baru pertama kali merantau, aku tetap menikmatinya. Dan susahnya hidup merantau akan coba aku hadapi dengan penghasilanku yang pas-pasan ini, he he.
Aku bisa mandiri seperti ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena kerja keras, ketulusan, keikhlasan, dan kesabaran kedua Orang Tua ku. Selain itu do'a beliau yang selalu menyertaiku menjadi kekuatan yang sangat luar biasa untuk ku menjalani hidup ini. Tidak ada alasan untuk mengeluh, mengingat perjuangan yang sudah dilakukan Bapak Ibu untukku. Dan sekarang tujuanku adalah untuk membahagiakan kedua Orang Tua dan adik perempuan ku tersayang dan membuat mereka bangga terhadapku. Meskipun hal itu belum dapat aku wujudkan sekarang, tapi aku yakin dengan usaha dan do'a sedikit demi sedikit tujuanku tersebut akan tercapai (Insya Allah, Amiin).
Untuk Bapak dan Ibu, terima kasih atas perjuangan dan do'a nya selama ini. Maaf kusampaikan karena hingga saat ini aku belum bisa membuat Bapak dan Ibu bangga kepadaku.
Semoga do'a Bapak dan Ibu selalu menyertaiku dan menuntunku ke jalan kesuksesan yang barokah.

Berbekal do'a dari kedua Orang Tua, dan Basmalah yang tidak lupa aku ucapkan untuk memulai suatu kegiatan, semoga Allah selalu memberikan jalan yang baik untuk ku, untuk dapat membahagiakan keluargaku kelak.
Amin ya Allah

Aku sayang kalian semua ^o^
keluarga yang selalu memotivasi aku untuk terus menjadi lebih baik, berguna, dan dapat membahagiakan orang-orang di sekitarku.

Special thanks to :
Bapak dan Ibu (teladan bagiku)
Bapak BUDI SULISTIYANTO dan Ibu SISWANTI

dan Adik Perempuanku tersayang
DILLA FITRIANA SALEKHA

NB.
Maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan.
Kisah ini nyata garis besar kehidupanku hingga saat ini.
Mohon kritik dan saran dari siapapun yang membaca tulisan ini.
Semoga bermanfaat dan menjadi pembelajaran untuk kita semua.
Thanks for All (Khususnya seluruh keluargaku yang selalu mendukung dan mendoakan aku)

2 comments:

dwi said...

aku juga punya adek, dan kondisi sewaktu SMP tersebut jg pernah aku alami, dan itu terkadang mengingatkan dengan kenangan yg tidak indah untuk diingat

Adam Satriansyah said...

wah sama kita ya bang. tapi sebetulnya gak harus kayak gitu juga kita baru bisa sadar ya kan? kesalahan kita juga itu. tapi Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik lah daripada yang dulu :)
terimakasih sudah mampir