Saturday, October 25, 2014

Malam 1 Suro di Tugu Suharto

Tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam atau yang lebih sering kita dengar malam 1 Suro merupakan hari raya umat muslim. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dilakukan pada saat itu, dari pengajian (berdo'a di akhir tahun dan mengawali tahun baru) hingga kegiatan yang sifatnya negatif (dalam hal ini syirik). Tetapi walau bagaimanapun, tradisi turun-temurun ini tidak akan pernah bisa dihilangkan selama masih ada kepercayaan mengenai hal-hal yang biasa dilakukan pada saat malam 1 Suro.
Baiklah, mungkin teman-teman bingung apa yang saya bicarakan ini. Langsung saja disini saya akan membahas "kebiasaan" yang dilakukan warga Tugu Suharto, di kota Semarang. Saya sebagai warga asli sekitar Tugu Suharto, akan menjabarkan sedikit yang saya tahu tentang tradisi malam 1 Suro, khususnya kampung saya yang secara tidak langsung merupakan panitia pelaksaan malam 1 Suro disini.

Biasanya warga memulai "perayaan" dengan do'a penutup tahun agar segala ibadah yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya diterima oleh Allah dan do'a awal tahun agar satu tahun kedepan menjadi insan yang lebih baik daripada tahun sebelumnya. Kegiatan do'a bersama biasanya dilakukan pada sore hari (ba'da Sholat Ashar). Setelah itu mendekati waktu Maghrib, biasanya dimulai dengan anak-anak yang mulai menyerbu sekitaran Tugu Suharto dikarenakan banyak orang-orang yang sudah menyewa lapak untuk jualan disekitar situ. Dari makanan, minuman, pakaian, ataupun mainan. Hampir seperti pasar malam lah disitu, tetapi bedanya hanya ada pada malam 1 Suro saja (pernah tahun berapa itu saya lupa, dilaksanakan sampai 3 hari lamanya). Pengunjung sangatlah ramai, pernah waktu dulu jalanan menuju Tugu Suharto masih sempit dan berlumpur kalau hujan, orang-orang sampai berdesakan hanya untuk mengetahui bagaimana "pesta rakyat" yang disini sering disebut "Suronan" ini berlangsung. Panitia pelaksanaan dipegang langsung oleh warga sekitar Tugu Suharto (termasuk saya, hehe). Tetapi jika dibandingkan dulu, sekarang terasa lebih sepi, dikarenakan akses jalan yang sudah lebih baik dibandingkan jaman dahulu, padahal kalau dipikir kan lebih enak sekarang, tapi terlihat antusiasme pengunjung justru mulai berkurang. Sekedar gambaran saja berikut ini gambar dari situs sebelah :

keterangan :
Gambar tersebut adalah Tugu Suharto sebelum dilakukan perbaikan akses jalan, disekitarnya masih dipenuhi dengan tumbuhan liar yang tampak tidak terawat (pict by seputarsemarang.com)

keterangan :
Gambar Tugu Suharto setelah dilakukan pemugaran, tampak lebih bersih dan rapi (pict by hariansemarangbanget.blogspot.com)

Begitulah kurang lebih gambaran dari Tugu Suharto itu sendiri. Kegiatan selama Suronan berlangsung hingga dinihari. Biasanya kegiatan "perdagangan" ramai dari ba'da Maghrib hingga kurang lebih jam 1 dinihari. Kegiatan yang bisa dibilang inti pada saat perayaan ini biasa dimulai dari jam 12 dinihari hingga kurang lebih jam 3 dinihari. Apa yang disebut kegiatan inti tersebut? Maksudnya disini adalah "ritual kungkum" atau berendam di sungai sekitar Tugu Suharto. Ritual inilah yang kumaksud syirik tadi, karena kata orang-orang yang sengaja datang (karena daya tarik ritual berendam), dengan melakukan ritual tersebut maka perminataan kita akan dikabulkan. Padahal hampir seluruh warga Tugu Suharto sendiri malah tidak ada yang melakukan hal itu. Entah bagaimana, khasiat dari berendam itu terdengar sampai kemana-mana. Bahkan turut mengundang perhatian warga asing juga untuk datang hanya sekedar untuk melihat kegiatan orang berendam itu.
Sedikit cerita yang saya tahu, Tugu Suharto ini dibangun karena dulunya mantan Presiden RI (Soeharto) pernah ditinggal disekitar Tugu tersebut (tentunya sebelum tugu itu ada), karena katanya Tugu itu dibangun untuk menghormati Pak Harto, makanya diberi nama Tugu Suharto. Dan didekat situ ada pertemuan dari dua hilir sungai dimana satu aliran berasal dari Ungaran, dan satunya lagi berasal dari Gunung Pati. Menurut mitos seharusnya di titik temu antara dua hilir sungai itulah dijadikan sebagai tempat "kungkum" atau berendam pertama kali oleh Bapak mantan Presiden RI. Sehingga seharusnya disitu pula sampai sekarang tempat yang pantas untuk orang-orang melakukan ritual tersebut. Akan tetapi sekarang ini sudah tidak diperdulikan lagi asal-usul adanya ritual berendam itu, sehingga orang-orang asal saja melakukan rittual berendam itu (yang penting berendam di sungai Tugu Suharto, hehe).

Begitulah kurang lebih kegiatan malam 1 Suro dikampung asli saya. Tidap dapat dipungkiri, yang tertarik dengan kegiatan utama pada perayaan di kampung kami tersebut bukan hanya dari warga Semarang saja, bahkan ada yang sengaja datang dari luar kota dan orang asing pun ikut hanya untuk mengetahui apakah benar khasit dari kungkum atau berendam itu memang benar adanya seperti apa yang dikatakan orang. Tetapi saya sebagai warga asli, jujur tidak tertarik sama sekali akan ritual tersebut, yang penting asal ada pengunjung yang bertanya, saya bisa menjelaskan apa saja yang "spesial" dari perayaan tersebut. Hehe.

Apabila masih ada yang penasaran tentang perayaan Suronan ini bisa tanya-tanya lebih jauh lagi, hehehehe. Oiya, dan juga saya mohon maaf karena tidak bisa melampirkan gambar asli yang saya ambil. Terakhir saya mengikuti acara tersebut yaitu 2 tahun yang lalu, dan sekarang saya sedang merantau jauh di Pulau Seberang. Hehe. Jadi kalau perayaan yang barusan ini saya tidak bisa cerita lagi :-P

Salam kangen untuk kampung halaman tercinta
Jalan Menoreh Raya, Jalan Talang Barat I, dan jalan Talang Barat II
Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang

No comments: